Header Ads

Aktivis Sebut Pembangunan Ibu Kota Baru Ancam Lahan Gambut


Jakarta, Indonesia - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengatakan pembangunan infrastruktur dapat mengancam ekosistem lahan gambut di Kalimantan Timur. Sebab, untuk memenuhi energi batubara perlu dihancurkan.

Meskipun lahan gambut jarang ditemukan di Kabupaten Penajam Paser Utara dan bagian dari Kabupaten Kutai Kartanegara, lahan gambut ini masih merupakan bagian dari ekosistem sungai Mahakam di mana sebagian besar cabang sungai berada di Teluk Balikpapan.

"Tentu saja terancam [lahan gambut], pasti pemerintah akan membuka akses ke Mahakam Hulu untuk membongkar batubara demi memenuhi kebutuhan energi yang merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur modal baru," kata Koordinator Jatam Merah Johansyah ketika dihubungi oleh CNNIndonesia.com via telepon, Kamis (29/8).

Selain mengancam ekosistem lahan gambut, lokasi dua ibu kota baru ini berada di kawasan pesisir Teluk Balikpapan, yang merupakan rumah bagi sejumlah spesies hewan dan tumbuhan, serta habitatnya.

Merah menunjukkan bahwa Teluk Balikpapan dihuni oleh spesies beruang madu, orangutan, lumba-lumba yang dikenal sebagai 'maskot' Kalimantan Timur, dan hutan bakau.

"Bagaimana dengan Teluk Balikpapan? Ada hutan bakau, orangutan, lumba-lumba, lalu beruang madu. Ada juga Sungai Manggar yang merupakan sumber air bagi masyarakat Balikpapan yang merupakan penyangga Bukit Soeharto," katanya.

Taman Hutan Bukit Soeharto adalah taman hutan besar yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Beberapa daerah terputus oleh jalan poros Samarinda-Balikpapan.

Sebelumnya, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) telah mengkonfirmasi bahwa ibu kota baru di Kalimantan Timur akan menggantikan Jakarta. Jokowi beralasan bahwa Kalimantan Timur dipilih karena pertimbangan strategis dan bencana.

Namun, keputusan untuk memindahkan ibukota baru ke Kalimantan Timur menimbulkan pro dan kontra dari aktivis lingkungan. (LIPI) "Lembaga Ilmu Pengetahuan" Indonesia  mengatakan hal itu juga dapat mengancam spesies yang hidup di Sangkulirang-Mangkliat atau situs batu kapur Kalimantan Timur, khususnya di Kabupaten Kotai Timur.

Peneliti biologi LIPI Cahyo Ramadi mengungkapkan bahwa Kalimantan Timur dikenal karena kekayaan alamnya dalam karst yang merupakan bahan baku utama pembuatan semen.

"Karst Sangkulirang-Mangkalihat adalah rumah budaya masa lalu dan juga rumah bagi berbagai spesies yang unik, unik dan endemik. Beberapa spesies juga berada di bawah tekanan karena perubahan lahan termasuk tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit," Kata Cahyo, Rabu (28/8).

Tidak ada komentar