Header Ads

Pogba 'Si Gurita' di Antara Solskjaer dan Zidane


Jakarta, Indonesia - Paul Pogba berada di persimpangan. Dia harus membuat pilihan yang bijak antara menetap di Manchester United atau mewujudkan mimpinya dengan mengenakan seragam Real Madrid.

Wacana kepergian Pogba memang telah dilakukan sejak musim lalu, jauh sebelum Ole Gunnar Solskjaer tiba sebagai pelatih baru untuk menggantikan peran Jose Mourinho.

Gelandang Prancis itu pemarah karena pertengkaran dengan Mourinho. Pasalnya, Pogba, yang pernah membawa pemain termahal di dunia, bahkan dinominasikan oleh Special One.

Pogba sebenarnya sudah memperbaiki pakaian untuk mengangkat koper dari MU. Namun, niatnya tertahan setelah Solskjaer tiba sebagai juru kunci di pertengahan musim lalu.

Dia sepertinya terlahir kembali di bawah arahan Solskjaer. Tampil penuh percaya diri dan pintar di depan gawang. Pendukung MU kembali ke nama Pogba di Old Trafford.

Mantan pemain Juventus itu secara terbuka mendukung Solskjaer untuk segera ditunjuk sebagai pelatih tetap Man United. Keinginan Pogba menjadi kenyataan setelah manajemen mengontrak Solskjaer selama tiga tahun.

Meski agak hijau, Solskjaer dianggap memiliki potensi untuk mengembalikan kejayaan Man United. Di balik wajahnya yang polos, Solskjaer terampil dalam membangkitkan semangat pemain.

Pogba juga percaya bahwa MU berada di jalur yang benar dengan Solskjaer. Namun, Pogba, mengalami dilema setelah pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mengirim sinyal ketertarikan.

Zidane adalah idola Pogba sejak kecil. Rekan-rekan koneksi Prancisnya juga semakin membuat Pogba enggan menolak tawaran dari Zidane untuk bermain di Real Madrid. Klub raksasa Eropa yang telah menjadi impian banyak pesepakbola.

Pogba mengaku telah memohon untuk dijual ke Madrid musim panas mendatang. Namun, Solskjaer menolak dan masih berusaha mempertahankan gelandang berusia 26 tahun itu.

Di balik wajahnya yang polos, Solskjaer sebenarnya bisa bersikap asertif dan tidak mau berkompromi dengan banyak pemain yang banyak bertindak. Buktinya, dia tidak berniat menahan Romelu Lukaku yang minta hengkang ke Inter Milan.

Pria berjuluk Baby Face itu juga tidak mau berbasa-basi dengan Sanchez yang ingin mengikuti jejak Lukaku ke Inter. Namun, manajemen MU akan melepas striker Chile tersebut dengan status pinjaman.

Meskipun demikian, Solskjaer memberi pengecualian pada Pogba. Dia tidak menggunakan tangan besinya, tetapi membujuk dan merayu Pogba agar tetap di Old Trafford.

Manajemen klub memberikan harga resmi tinggi kepada penggemar Pogba seharga 222 juta euro atau Rp3,2 triliun. Jumlah ini setara dengan transfer fantastis Neymar dari Barcelona ke Paris Saint-Germain.

Sosok yang sulit menebus Real Madrid setelah sebelumnya merekrut lima pemain di bursa transfer kali ini. Mulai dari Eder Militao, Rodrygo, Luka Jovic, Eden Hazard, hingga Ferland Mendy.

Lagipula, Solskjaer tidak ingin kehilangan Pogba tanpa mendapatkan pengganti yang cocok. Mantan pemain MU bisa rela melepaskan Lukaku dan Sanchez tetapi tidak akan kehilangan Pogba.

Apa yang dibangun Solskjaer di MU bisa runtuh jika Pogba pergi. Selain itu, ia tidak punya waktu untuk mencari pengganti Pogba karena pasar transfer pemain di Liga Inggris ditutup.

Namun, keinginan Solskjaer tidak sejalan dengan pendukung. Mereka menilai Pogba bermain setengah hati dalam tiga pertandingan yang dimainkan Manchester United di Liga Premier.

Fan United bahkan mendesak klub untuk melepaskan Pogba. Kemudian, vandalisme untuk menuntut Pogba keluar dari Manchester menjadi lebih luas. Tulisan "Pogba Out" semakin sibuk ditampilkan di sejumlah lokasi kamp pelatihan MU.

Pandangan pelatih dan penggemar MU tentu saja sebaliknya. Masa depan tim semakin mengkhawatirkan jika Pogba mengikuti jejak Lukaku dan Sanchez yang memilih meninggalkan Old Trafford.

Sebab, Solskjaer masih memiliki Marcus Rashford dan Anthony Martial untuk menggantikan peran Lukaku dan Sanchez di lini depan. Namun, ia tidak memiliki pengganti playmaker seperti Pogba. Dua pemain muda, Scott McTominay dan Andreas Pereira, tidak dianggap cocok untuk menggantikan 'The Octopus'.

Dengan kata lain, kekuatan MU kemungkinan akan runtuh jika Pogba pergi. Sebaliknya, El Real dapat menjadi lebih kuat dan menjanjikan untuk kembali bersaing di kompetisi domestik dan Eropa.

Yang pasti, keputusan ada di tangan Pogba. Dia dapat bertahan hidup bersama perjuangan Solskjaer, pelatih yang membangkitkannya dari kejatuhan era Mourinho, atau memilih untuk bergabung dengan Madrid dengan pelatih idolanya Zidane.

Tidak ada komentar